Allah Ta’ala berfirman:
وَاعْبُدُواْ
اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَال 616;دَيْنِ
إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ
ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ
“Sembahlah Allah &
janganlah kalian mempersekutukan-Nya dgn sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, & tetangga yang jauh.” (QS. An-Nisa`: 36)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Tidak akan masuk surga, orang yang tetangganya tak aman dari kejelekannya.” (HR. Muslim no. 46)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ
ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ
خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah &
hari akhir maka janganlah dia mengganggu tetangganya. Barangsiapa yang
beriman kepada Allah & hari akhir maka hendaknya dia memuliakan
tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah & hari akhir maka
hendaknya dia berkata baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari no. 6018 &
Muslim no. 47)
Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
“Sesungguhnya
Jibril terus-menerus berpesan kepadaku tentang tetangga, hingga aku
menduga bahwasanya dia akan memberikan hak waris kepada tetangga.” (HR. Al-Bukhari no. 6014 & Muslim no. 2624)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha ‘ dia berkata: Aku pernah bertanya:
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي جَارَيْنِ فَإِلَى أَيِّهِمَا أُهْدِي قَالَ إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا
“Wahai
Rasulullah, aku punya dua tetangga, kepada siapa dari keduanya yang
paling berhak utk aku beri hadiah?” Beliau menjawab, “Kepada yang paling
dekat pintu rumahnya darimu”. (HR. Al-Bukhari no. 6020)
Hak Tetangga Dalam Islam
Di
antara bentuk keuniversalan Islam & bahwa Islam merupakan rahmat
bagi seluruh alam, adalah Islam menuntunkan adab yang baik dlm kehidupan
bertetangga. Maka dlm Islam seseorang dianjurkan utk memuliakan
tetangganya & dia diharamkan utk mengganggu tetangganya. Dan Islam
mengabarkan bahwa berbuat jelek kepada tetangga lebih besar dosanya
dibandingkan berbuat jelek kepada yang bukan tetangga.
Perhatikan
ayat dlm surah An-Nisa` di atas, bagaimana Allah Ta’ala menyebutkan hak
tetanggga yang jauh & yang dekat dlm deretan 10 hak yang wajib
ditunaikan oleh setiap muslim & muslimah.
Ini menunjukkan adanya perhatian yang besar dari Allah Ta’ala terhadap
hak-hak mereka. Sampai-sampai Allah Ta’ala memerintahkan Jibril
alaihissalam utk selalu mengingatkan Nabi yang paling mulia shallallahu
alaihi wasallam agar jangan sampai beliau lalai dari hak tetangga ini.
Karena sangat seringnya beliau diingatkan oleh Jibril, sehingga beliau
shallallahu alaihi wasallam sempat berfikir kalau-kalau tetangga itu
bisa mewarisi harta tetangganya.
Lagi-lagi dlm hal ini Allah
Ta’ala & Rasul-Nya mengumpulkan antara targhib (dorongan) &
tarhib (ancaman), agar setiap muslim & muslimah memperhatikan hak
tetangga ini. Dari sisi targhib, Allah & Rasul-Nya mengabarkan bahwa
berbuat baik kepada tetangga merupakan tanda kesempurnaan iman &
termasuk di antara sebab terbesar masuknya seseorang ke dlm surga.
Sementara dari sisi tarhib sebaliknya, dikabarkan bahwa orang yang
mengganggu tetangganya tak akan masuk surga & itu menunjukkan
kelemahan imannya kepada Allah & hari akhir. Ini jelas menunjukkan
bahwa mengganggu tetangga merupakan dosa besar, karena pelakunya diancam
masuk ke dlm neraka.
Seseorang biasanya mempunyai lebih dari
satu tetangga. Jika keadaan mengharuskan seseorang utk memilih, manakah
di antara tetangga itu yang paling wajib dia berbuat baik kepadanya?
Dalam
ayat di atas Allah Ta’ala mendahulukan penyebutan tetangga yang dekat
sebelum tetangga yang jauh, maka ini menunjukkan tetangga yang dekat
lebih besar haknya daripada tetangga yang jauh.
Masalahnya,
biasanya tetangga yang dekat dengannya juga berbilang. Ada tetangga di
samping kanan rumahnya, ada yang disamping kiri rumahnya, ada yang
berada di belakang rumahnya, & ada yang berada di depan rumahnya.
Semuanya dekat.
Lantas siapakah yang paling berhak menerima kebaikan jika memang harus memilih?
Jawabannya tersebut dlm hadits Aisyah
di atas, yaitu bahwa yang menjadi ukuran kedekatan seorang tetangga
bukanlah kedekatan emosional atau kedekatan bangunan rumah, akan tetapi
yang menjadi patokan kedekatan adalah yang paling dekat pintunya dgn
rumah kita.
sumber: www.al-atsariyyah.com
Komentar
Posting Komentar